Ilustrasi

"Harta adalah rizki yang paling rendah. Kesehatan adalah rizki yang paling tinggi. Anak-anak sholeh adalah rizki yang paling utama. Ridho Allah adalah rizki yang paling sempurna" itulah perkataan dari Syaikh Mutawalli Asy-Sya'rawi. 

Setiap pasangan yang baru menikah pada umumnya menantikan kehadiran seorang anak untuk menyempurnakan kebahagiaan sebuah keluarga. Namun tidak semua pasangan suami istri dapat memiliki anak dengan mudah.

Beberapa pasangan ada yang harus menunggu mempunyai anak selama bertahun-tahun, belasan tahun, puluhan tahun, bahkan ada yang "divonis" tidak akan mendapatkan keturunan. Beruntunglah pasangan suami istri yang memiliki keturunan karena berpeluang besar memiliki rizki yang paling utama yaitu anak-anak sholeh & sholehah. 

Namun apa yang dirasakan jika keturunan yang Allah berikan memiliki "keterbatasan"? Sepasang suami istri bernama Achmad Afrie Sandi dan Pipit mengalami hal tersebut, mereka mengetahuinya sejak anaknya dalam kandungan berumur enam bulan. 

Afri dan Pipit saling menguatkan agar dapat menerima keadaan, mereka meyakini mempunyai anak disabilitas merupakan anugerah Tuhan. 

Siapakah anak itu? Dia adalah M. Aldifi Tegarajasa, atau biasa dipanggil Tegar. Seorang anak disabilitas peraih aktor terbaik pada ajang BaliMakarya Film Festival Internasional (BFFI) Jumat, 21/10/2022. 

Tegar merupakan aktor utama film 'Tegar'. Film karya Anggi Frisca bersama Aksa Bumi Langit dan Sinema yang menginspirasi masyarakat Indonesia. Film ini tidak hanya menginspirasi anak-anak disabilitas tetapi semua kalangan baik anak-anak maupun orang tua. 

Sesuai dengan namanya, Tegar memiliki sikap tegar dalam menghadapi keadaan. Sikap tersebut lahir atas peran kedua orangtuanya yang mampu membesarkan anaknya dengan rasa cinta, kasih sayang, dan kepercayaan diri yang kuat. 

Sebagai orang tua, mereka sepakat untuk tidak mengumbar kesedihan di depan siapapun termasuk di hadapan anaknya. Di usianya yang menginjak 11 tahun, Tegar termasuk anak bermental kuat dan tidak pernah mengeluh dengan keadaan. 

Pipit percaya di balik kekurangan pasti ada kelebihan, ia berpesan kepada semua pihak agar merangkul anak-anak disabilitas untuk berkarya.