Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas oleh pemerintahan Prabowo - Gibran seakan tak berhenti diderai ombak.
Mulai dari Hulu sampai hilir, para kritikus seakan mendapat celah yang bisa dijadikan isu menarik untuk diangkat.
Bukan tanpa alasan, melainkan memang keberadaan MBG ini ibarat dua sisi koin, Dilihat dari satu sisi tentu kebutuhan perut siswa ternyata bisa diatasi pemerintah.
Tapi dilihat dari sisi lain ternyata masih banyak tirai gelap yang masih menunggu untuk dibuka. Sebut saja anggaran yang besar, keracunan dan lain-lain.
Akhir-akhir ini yang menjadi perhatian adalah adanya usulan untuk memberi upah kepada Guru sebesar 100 Ribu.
Tentu upah itu bukan sekedar upah, tapi bila dilihat dari sisi lain ada sebuah negosiasi halus, ibarat membuka tangan bahwa setelah dari dapur dan diserahkan ke sekolah, selanjutnya adalah tugas guru yang diberi upah itu.
Masalahnya justru muncul disini. Kata Iman Zaenatul Hari, Kepala Bidangg Advokasi Guru P2G:
"Ibarat supir truk ngasih setoran ke petugas gudang. Dengan demikian, kalau ada masalah/ keracunan, SPPG punya kekuatan lebih untuk menyalahkan guru karena sudah "setor" 100 ribu perhari ke PJ guru"
Maka andaikata terjadi hal-hal yang buruk, lebih baik para guru lebih baik jangan terkecoh dengan iming-iming 100 ribu perhari atau perapalah.
Qouni Lah Siahaha | Penulis