Bagai gula dihurungi semut. Begitulah kiranya gambaran penulis pada acara muktamar muhammadiyah yang ke 48 kemarin. Dari sabang sampai merauke para penggembira berdatangan hanya untuk ikut berkhidmat dalam acara pemilihan pemimpin Muhammadiyah periode 2022-2027.

Tak hanya penggembira, tokoh-tokoh besar / yang diantaranya adalah menteri kabinet Jokowi juga banyak menghadiri semarak kemeriahan acara ini. Mereka yang hadir diantaranya Presiden Jokowi, Ridwan Kamil, Ganjar Pranowo, Prabowo, Erick Thohir bahkan Puan Maharani hadir. Berbeda dengan penggembira lain, kebanyakan dari tokoh ini adalah tamu kehormatan yang memang diundang oleh Muhammadiyah.

Satu persatu sambutan-sambutan pun mulai meramaikan seisi stadion. Ketika pembawa acara menyebut nama maka menggema suara dari muktamirin. Tapi respon berbeda terdengar manakala disebutkan ketua DPR, Puan Maharani. Sorakan Huuuu terdengar melengking dari sebagian para peserta dan itu terjadi dua kali.

Merespon teriakan tersebut, Puan Maharani hanya melempar senyum.

Beda Pandang Terhadap Puan?


Pertanyaanpun patut diajukan. Kenapa seorang tamu terhormat bisa menjadi bahan sorakan dari para peserta muktamar? Padahal bila berbicara tamu pasti hal itu keluar sudah jauh hari diputuskan oleh para elit jajaran Muhammadiyah. Dan tentu tidak mungkin bahwa Muhammadiyah mengundang tamu yang katakanlah bermasalah atau mempunyai masalah dengan Muhammadiyah.

Begitupun dengan Puan. Sejauh pengetahuan penulis, Muhammadiyah tidak mempunyai masalah dengan ketua DPR tersebut. Lalu adakah perbedaan pandang antara jajaran elit Muhammadiyah dengan Grass Root?

Mengingat bahwa ada kemungkinan sorakan tersebut merupakan pandangan politik semata tidak bisa terhindarkan. Karena Muhammadiyah itu sendiri merupakan organisasi yang open minded terhadap partai. Muhammadiyah tidak terlalu menganjurkan anggotanya untuk wajib ikut dalam satu partai tertentu.

Tentu Adab Harus Didahulukan 

Namanya seorang tamu, apalagi tamu tersebut adalah kehormatan, maka seharusnya kita memuliakan atau setidaknya kita bersikap baik pada tamu tersebut. Karena melihat pada sejarahnya pun Puan Maharani ini adalah salah satu dari anak anggota Muhammadiyah yang dulu pernah menjadi presiden Indonesia.


Bila memang sorakan tersebut dilatarbelakangi pandangan politik, tentu aspirasi-aspirasi tersebut mempunyai tempatnya sendiri. Bagi penulis tentu adanya sorakan "Huuu" pada Puan terasa agak sedikit mengecewakan.