Hari ini tanggal 22 Desember merupakan momen bersejarah, 94 tahun yang lalu diadakan Kongres Perempuan I di Yogyakarta. Tahukah anda dalam kongres tersebut terdapat dua tokoh perempuan kader 'Aisyiyah yang berpengaruh. Kedua tokoh tersebut merupakan kader awal binaan Nyai Siti Walidah.


Tokoh pertama yaitu Siti Munjiyah berperan sebagai Wakil Ketua Kongres Perempuan I. Pada kongres tersebut Siti Munjiyah menyampaikan sebuah pidato yang sangat luar biasa.


Sebuah pemikiran berkemajuan di tengah ketertindasan dan penempatan perempuan di kelas bawah. Pidato tersebut berjudul "Derajat Kaum Perempuan". Pidato tersebut menghentak keadaan mengingat pada saat itu perempuan tidak diperkenan mendapat hak-hak "istimewa" yang diperoleh kaum laki-laki.


Salah satu contohnya yaitu pendidikan, perempuan tidak berhak mendapatkan pendidikan. Hanya perempuan dari kalangan atas saja yang mendapatkan hak pendidikan. 


Tokoh kedua yaitu Siti Hayinah merupakan kader ‘Aisyiyah yang brilian. Pemikiran berkemajuan juga disampaikan Siti Hayinah dalam sebuah pidato yang disampaikan di Kongres Perempuan I. 


Pidato yang berjudul "Persatuan Perempuan" berhasil menyadarkan kaum perempuan di Indonesia untuk bersatu jika tidak ingin selamanya tertindas. Oleh karena itu Kongres Perempuan I diadakan untuk mencapai persatuan perempuan Indonesia. 

Kongres ini mengumpulkan organisasi dan komunitas perempuan yang ada di Indonesia. Peserta Kongres kurang lebih sebanyak 1000 orang. Terdiri dari 30 perkumpulan perempuan dan 21 organisasi pria. 


Hasil dari kongres tersebut yaitu membentuk organisasi Perikatan Perempuan Indonesia (PPI). Organisasi ini bertujuan untuk berupaya memberikan beasiswa kepada anak-anak perempuan yang tidak mampu. Selain itu tujuan lainnya yaitu untuk mencegah terjadinya pernikahan dini, mengingat pada masa itu banyak perempuan menikah di usia belia. 


Sebenarnya 22 Desember lebih tepat disebut "Hari Persatuan Perempuan Indonesia" atau "Hari Kebangkitan Perempuan Indonesia ". Berbeda konteksnya dengan hari Ibu atau Mother's day ala barat.


Peringatan hari ibu ala barat yaitu dengan cara membebas tugaskan seorang ibu dari pekerjaannya baik itu pekerjaan rumah tangga atau profesional. Mother's day biasa diperingati setiap bulan Mei di hari Ahad pekan kedua. Di hari itu seorang ibu diistimewakan, tidak boleh bekerja. Semua pekerjaan yang biasa dilakukan ibu akan dikerjakan oleh ayah atau anak-anak. 


Untuk memperlakukan seorang ibu dengan istimewa tidak harus menunggu hari ibu atau Mother's day. Penulis sangat menyayangkan setiap tanggal 22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu ala barat. Penulis lebih suka menyebut 22 Desember sebagai "Hari Kebangkitan Perempuan Indonesia".