![]() |
Stop Islamophobia sumber: freepik |
Menurut riset yang dilakukan oleh Islamic Council of Victoria (ICV) — Badan Muslim tertinggi di negara bagian Victoria, Australia yang mewakili 270.000 anggota — ditemukan hampir 4 juta unggahan anti Muslim yang dibuat selama 24 bulan antara tahun 2017-2019.
Menurut laporan yang sama, unggahan terbanyak berasal dari Amerika Serikat, Inggris, dan India.
Hari Internasional Melawan Islamofobia diperingati 15 Maret — di hari yang sama seorang pria radikal bersenjata masuk ke dalam masjid di Christchurch, New Zealand, menembak dan membunuh 51 jamaah dan melukai 40 orang lainnya.
PBB mengatakan Islamofobia (Anti-Muslim) meningkat ke arah “epidemic proportions". Sangat disayangkan peningkatan tersebut terjadi melalui media internet.
Berdasarkan analisis unggahan anti-Muslim dari tiga negara tersebut, ditemukan tiga tema besar yang sering dipakai. Pertama label teroris yang disematkan pada umat Islam.
Kedua penggambaran Muslim sebagai 'predator' pelaku kekerasan seksual. Ketiga ketakutan akan penerapan syariat Islam. Keempat menebarkan isu konspirasi bahwa imigran Muslim menggantikan posisi orang kulit putih di Barat dan Hindu di India. Kelima praktik penyembelihan hewan secara Islam disebut tidak manusiawi yang menggambarkan sifat 'barbar'.
Menurut riset tahun 2020 berjudul 'From Hashtag to Hate: Twitter and anti-Minority Sentimen' menemukan adanya hubungan antara ujaran kebencian terhadap Muslim di Twitter dengan kekerasan pada Muslim di khalayak umum.
Presiden Majelis Umum PBB Csaba Korosi mengatakan semua pihak harus bertanggung jawab dan melawan islamofobia atau fenomena serupa yang berasal dari diskriminasi pada agama atau keyakinan.
Csaba Korosi menambahkan, Islamophobia berawal dari 'xenophobia' yaitu ketakutan pada orang asing yang menyebabkan diskriminasi. Setiap negara tidak boleh ada diskriminasi dengan cara menegakkan kebebasan beragama dan bertindak atas ujaran kebencian pada agama atau keyakinan.
“Islamophobia is rooted in xenophobia, or the fear of strangers, which is reflected in discriminatory practices, travel bans, hate speech, bullying and targeting of other people” Csaba Korosi.
Sumber: TRT World.