![]() |
Ilustrasi Astronom (freepik.com) |
Thomas Djamaluddin seorang peneliti senior BRIN dan anak buahnya AP Hasanuddin membuat gaduh media sosial. Dua orang peneliti astronomi menodai kesucian hari raya Idul Fitri 1444 H. Di saat masyarakat Muslim Indonesia berhari raya, kedua orang itu sibuk melempar isu perbedaan 1 Syawal. Pernyataan yang bersifat provokatif dan tidak mencerminkan seorang intelektual.
Dilansir dari Republika.co.id, pernyataan serupa juga pernah dilontarkan Thomas tahun 2013, dia menyebut warga Muhammadiyah tafarruq (memisahkan diri dari umat).
Saat itu Ayahanda Yunahar Ilyas (alm) menanggapi pernyataan Thomas "Bukan sekali dua kali dia menyerang Muhammadiyah, jadi biarkan saja biar umat yang menilai siapa yang Tafarruq (memisahkan diri dari ummat) dan siapa yang berusaha memprovokasi umat," (19/06/2013).
Kurang lebih 10 tahun kemudian Thomas tidak bosan berbuat gaduh, sekarang diikuti oleh juniornya AP Hasanuddin yang sampai mengancam membunuh warga Muhammadiyah.
Masyarakat Muslim Indonesia sudah sangat toleran, terbukti perbedaan 1 Syawal tidak membuat perpecahan umat. Sangat disayangkan dua orang yang menasbihkan diri sebagai peneliti astronomi malah menjadi provokator.
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Ayahanda Haedar Nashir menanggapi dengan memberikan pesan kepada warga Muhammadiyah agar menunjukkan sikap berkeadaban, berilmu, berbangsa, dan bahkan beragama lebih baik di dunia nyata. Jangan bersikap sama dengan mereka yang kerdil pemikiran dan sikapnya dalam beragama dan berbangsa.