Jakarta - Presiden Indonesia, Jokowi, pada (17/07) secara resmi melantik beberapa jabatan yang diantaranya Menkominfo, Wakil Mentri dll.
Dengan masuknya beberapa nama baru dalam lingkup pemerintahan Jokowi yang tidak lama lagi akan usai. Muncul beberapa polemik yang terkait dengan pengangkatan pemangku jabatan tersebut.
Menarik memang melihat situasi politik saat ini. Selain dibumbui dengan berbagai macam otak-atik mentri. Reshuffle ini nampaknya begitu politis.
Salah satu yang diangkat oleh Jokowi diantaranya adalah ketua umum Pro Jokowi atau ProJo, Budie Arie yang pasti telah berjasa mengantar Jokowi di gerbang istana.
Budie Arie nampaknya bukan merupakan satu-satunya relawan Jokowi yang berhasil masuk di Istana pemerintahan.
Budie Arie: Memberantas Buzzer-Buzzer
Dalam hal ini saya sepakat. Namun bila melihat pada realitas, apakah sikap Budie Arie yang mempunyai niatan memberantas Buzzer-Buzzer tersebut bisa berimbang.
Mengingat bahwa ada setidaknya 2 kubu yang sudah dari beberapa tahun lalu selalu berseteru di sosial media.
Syukur-syukur Budie Arie bisa membumihanguskan istilah Cebong atau Kadrun yang sampai saat ini selalu mewarnai keyword media sosial. Keinginan rakyat adalah hajatan pemilu yang menggembirakan.
Namun sangat disayangkan juga kalau nanti kebijakan Budie Arie sebagai Menkominfo tersebut malah hanya berlaku pada pembungkaman sepihak dari suara oposisi pemerintah.
Itu yang paling kita takutkan. Karena kita tidak mau menduga-duga bahwa diangkatnya Budie Arie sebagai Menkominfo itu hanya sebuah pengkondisian media untuk kemenangan kubu tertentu di pemilu 2024 nanti.